Perjalanan Muhammadiyah merupakan keteladanan dalam kiprahnya membangun peradaban modern. Muhammadiyah Pada usianya yang ke 110 makin berkembang, Internasionalisasi Muhammadiyah adalah bukti nyata keberhasilan Persyarikatan. Perkembangan terkini, UMS telah menginisiasi untuk membuka cabang di Korea bekerjasama Tomyong University Korea. PWM Jawa Timur juga berniat membeli sebuah gereja di Spanyol untuk dibangun sebuah masjid. Muhammadiyah adalah contoh bagaimana pergerakan membangun peradaban dunia tidak harus dengan cara kekerasan. Proses membangun peradaban di dunia ini, banyak yang di awali melalui pergulatan politik merebut kekuasaan. Muhammadiyah melakukan dengan cara-cara yang persuasif melalui gerakan kultural dengan menggugah kesadaran. Tema Muktamar 48 di Solo “memajukan Indonesia dan mencerahkan semesta” adalah sebuah gagasan yang membutuhkan tekad yang kuat. Muhammadiyah bukanlah organisasi yang mengandalkan semangat saja namun juga disertai dengan wawasan keilmuan. Museum Muhammadiyah yang baru-baru ini diresmikan oleh Menko Kesra Muhadjir Efendi adalah bukti sejarah panjang Muhammadiyah dalam memajukan sumber daya manusia Indonesia, sejak awal berdiri tahun 1912 oleh KH Ahmad Dahlan. Perjalanan Panjang Muhammadiyah di usianya yang ke 110 merupakan bagian dari goresan literasi peradaban modern. Sejarah panjang Muhammadiyah dengan para tokohnya tidak akan  hilang begitu saja karena dokumentasi yang kuat sehingga layak menjadi sejarah pergerakan non-kekuasaan yang ikut berkiprah memajukan umat dan bangsa ini.

Peranan Sosial politik Muhammadiyah yang sangat besar telah dijadikan sebagai bagian dari sejarah perjalanan bangsa. Bukan hanya KH Ahmad Dahlan yang bergelar Pahlawan Nasional namun para tokoh-tokoh pemimpin Muhammadiyah terdahulu seperti KH. Mas Mansur, Ki Bagus Hadikusuma. Era abad 21 muncul tokoh Prof. Amien Rais sebagai lokomotif Reformasi dan yang terkini adalah ide-ide Kebangsaan Almarhum Buya Syafi’I Ma’arif yang dipandang relevan dengan situasi perjalanan dan tantangan masa depan bangsa ini. Kesahajaan dan kesederhanaan para tokoh Muhammadiyah adalah cermin dari kultur persyarikatan sebagai sosok pemimpin yang melayani umat. Dalam istilah kepemimpinan sekarang adalah: servant leadersip Seperti yang ditulis oleh Robert Greenleaf, Servant Leadership adalah seseorang yang menjadi pelayan lebih dahulu. Dimulai dari perasaan alami bahwa seseorang yang memimpin, harus terlebih dulu melayani. Jauh sebelum Robert Greenleaf mencetuskan Ide Tentang Servant Leadership, Muhammadiyah telah mempraktekannya dalam gerakan bermisi dakwah. Sampai sekarang Muhammadiyah dan ortomnya mampu membangun berbagai amal usaha baik pendidikan, kesehatan, pantai sosial dan juga ekonomi dalam jumlah yang banyak.

Perkembangan amal usaha yang begitu banyak membutuhkan tata kelola yang profesional. Supaya amal usaha Muhammadiyah mampu bersaing secara kompetitif baik dalam skala mikro maupun tataran global. Tidak bisa dipungkiri Amal Usaha Muhammadiyah tumbuh subur. Banyaknya amal usaha muhammadiyah adalah cermin dari gerakan amal kebajikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam prosesnya di butuhkan peran manajerial untuk menjadikan Amal usaha Muhammadiyah lebih maju lagi. Para Kader Muhammadiyah senantiasa di didik di persyarikatan untuk berpikir lebih maju. Saat ini para kader muda Muhammadiyah telah banyak yang lulus dari universitas terkemuka baik dalam dan luar negeri. Pemikiran-pemikiran para kader muda tersebut banyak yang menghiasi khasanah pemikiran intelektual di negeri ini, baik dalam kolom opini di surat kabar maupun buku yang juga diterbitkan. Pemikiran pemikiran kaum muda tersebut merupakan basis literasi pengembangan Muhammadiyah secara kontemporer. Dinamika para inteletual muda tersebut disamping melek literasi juga tanggap situasi. Sosok Intelektual Muda seperti Prof. Zakiyudin Baidhowy, Dr. Pradana Boy Jati, Prof Susiknan Azhari dan para pemikir lainnya adalah profil pemikir Muhammadiyah yang sangat dinamis. Diharapkan khasanah pemikiran-pemikiran kontemporer Muhammadiyah menjadi basic literasi bagi generasi penerus, baik di tingkat pusat maupun ranting terutama generasi pemudanya.

Pengembangan literasi di Muhammadiyah harus terus digalakan dalam bentuk penguatan berliterasi kader Muhammadiyah. Majelis Pustaka dan Informasi juga memanfaatkan berbagai forum untuk menggiatkan literasi sebagai bagian dari lintas sejarah membangun Muhammadiyah sesuai konsep tema muktamar memajukan Muhammadiyah mencerahkan semesta. Ada beberapa situs yang dikelola oleh generasi muda Muhammadiyah, di antaranya IBTimes.ID, Tajdid.id, Madrasahdigital.co, Santricendekia.com, Pustakamu.id, Masa-kini.id. Banyaknya media ini menunjukkan bahwa makin meningkatnya budaya literasi di kalangan anak muda Muhammadiyah. Sebab, jika dilihat dari penulis yang ada di situs tersebut merupakan kader Muhammadiyah, bahkan tidak hanya lingkup Muhammadiyah, tetapi meluas karena dari beberapa situs tersebut memang ditujukan kepada khalayak. Geliat literasi para kader muda tersebut akan memberikan dorongan yang kuat bagi perjalan persyarikatan dengan berbagai gagasannya. Pendirian Universitas Siber Muhammadiyah adalah bukti nyata bagaimana Muhammadiyah membaca situasi zaman melalui digitalisasi kelembagaan, itulah yang dinamakan pembaharuan amal usaha Muhammadiyah sebagai ide-ide pembaharuan pendiri Muhammadiyah KH.Ahmad Dahlan.

Tantangan Perubahan

 Diskursus pergerakan Muhammadiyah saat ini sedang di uji dengan berbagai tantangan global. Pandemi covid 19 merupakan ujian bagi Muhammadiyah. Bagaimana literasi fatwa-fatwa Muhammadiyah terasa aneh bagi jamaah persyarikatan dan lingkungannya. Bagaimana Muhammadiyah menyikapi situasi pandemi dengan penyelenggaraan Sholat Jum’at & Sholat Idul Fitri berada di rumah masing-masing dengan tujuan supaya masjid tidak menjadi tempat penyebaran virus yang mematikan tersebut. Sikap-sikap fatwa tarjih tersebut terasa ambivalen dengan kenyataan lapangan. Namun muhammadiyah tidak bergeming terus melihat jauh ke depan akan bahaya covid 19 bagi masyarakat. Literasi berkemajuan membuat Muhammadiyah mampu meneropong berbagai tantangan zaman dengan sains dan keislaman. Sistem Penanggalan hijriyah dalam metode hisab juga bagian dari literasi berkemajuan muhammadiyah. Sehingga hari raya Idul Fitri maupun hari raya Idul Adha di persyarikatan bisa serentak dan mudah diprediksi.

Geliat peradaban dunia yang kini diwarnai dengan kecanggihan digital yang masuk  dalam berbagai sendi kehidupan bagi Muhammadiyah adalah penyemangat untuk terus maju mengabdi bagi negeri ini dan umat Islam. Pengembangan nalar intelektual para generasi muda terus digalakkan sebagai bagian dari budaya berkemajuan di Muhammadiyah. Tantangan dunia global saat ini adalah pemanasan iklim yang menyebabkan es di kutub makin mencair. Muhammadiyah juga menyikapinya dengan menggalakan penghijauan di kampus. Juga siaga MDMC muhammadiyah terhadap bencana alam. Berbagai solusi terhadap tantangan perubahan iklim dan lainnya merupakan khasanah literasi Muhammadiyah yang terkait dengan tantangan lingkungan. Penguatan gerakan persyarikatan dalam berbagai tingkatan merupakan goresan literasi perjalanan perjuangan persyarikatan Muhammadiyah sejak lahir hingga usianya ke-110.

Kiprah Muhammadiyah dalam dunia internasional  merupaka bentuk peduli kemanusian. Bagaimana peran lembaga filantropi LAZISMU ikut membantu  Gaza palestina dari isolasi Israel. Sebagai wujud keberpihakan Muhammadiyah dalam upaya memperjuangkan hak bangsa Palestina. Dalam forum dialog, Muhammadiyah juga mendukung Berbagai dialog antar agama dan antar umat beragama yang di gagas oleh mantan ketua umum PP Muhammadiyah Din Syamsudin sebagai bukti gagasan dan pemikiran Muhammadiyah dalamWorld Peace Forum (WPF) ke-8. Kegiatan yang diselenggarakan Center for Dialogue and Cooperation among Civilizations (CDCC) di Surakarta, membahas tentang perdamaian dunia terkait dimensi kemanusiaan sebagai salah satu kegiatan pendukung Muktamar ke-48 Muhammadiyah dan Aisyiyah 2022. Mengingat wajah dunia saat ini mengalami kerusakan serius, tidak hanya karena pandemi COVID-19, tetapi juga sebelum pandemi sudah terjadi krisis energi, krisis pangan, dan krisis dampak konflik Ukraina-Rusia. Masalah-masalah tersebut kemudian mengkristal sehingga menjadi kerusakan cukup serius. Atas dasar itu, pentingnya solusi dari manusia itu sendiri, salah satunya dengan mewujudkan kebersamaan. Prof Din Syamsudin  mengatakan pentingnya dialog dan kerja sama antarpemeluk agama dan pendukung peradaban.

Tempaan pengalaman yang membuat Muhammadiyah selalu adaptif dengan perubahan situasi. baik itu situasi kemanusiaan maupun juga  situasi politik. Pada era pendudukan Jepang disaat penguasa saat itu melakukan pemaksaan Nipponisasi pribumi. Muhammadiyah melalui KH. Mas Mansur dan  Ki Bagus Hadikusumo melakukan pendekatan persuasif terhadap penguasa jepang supaya Muhammadiyah bisa menjalankan roda organisasinya. Muhammadiyah tidak menggunakan gerakan bawah tanah terhadap penguasa yang dhalim. Penerapan asas tunggal Pancasila sebagai asas orpol maupun ormas saat Orde Baru. Muhamadiyah menerimanya dengan alasan yang bisa diterima. Itulah Muhammadiyah tidak pernah emosianal menghadapi berbagai tekanan kekuasaan dan perubahan dunia karena bagi Muhammadiyah hidup adalah jalan syariah untuk mencapai kemuliaan hidup di dunia dan akhirat. Muktamar Muhammadiyah ke 47 di Makasar tercetuslah kosep kebangsaan  Darul Ahdi Wa Syahadah, artinya Negara kesepakatan dari perjanjian yang disepakati. Proses perjalanan Muhammadiyah hingga usianya yang ke-110 dilalui dengan penuh lika-liku sejarah, catatan perjalanan Muhammadiyah adalah sebuah  literasi peradaban yang menjadi goresan emas perjuangan dakwah Islam non-politik yang punya pengaruh di negeri ini maupun dunia internasional. Selamat Muktamar ke-48 Muhammadiyah & Aisyiyah di Solo (Syahirul Alem, Pustakawan SMP Muhammadiyah 1 Kudus)

Kategori: Artikel

0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Translate »