Literasi Pahlawan dan Pahlawan Literasi

Sebuah refleksi memperingati hari pahlawan nasional dalam kondisi kekinian supaya masyarakat mengerti apa makna dari kepahlawanan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pahlawan dimaknai sebagai orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran, pejuang yang gagah berani. Sejarah hari pahlawan yang diperingati setiap tanggal 10 Nopember, merupakan hari pengorbanan rakyat Surabaya dari upaya pendudukan kembali sekutu. Sejarah kepahlawan selalu terkait dengan para tokoh kaliber pendiri bangsa seperti Bung karno, Bung Hatta dan juga tokoh-tokoh lainnya. Memahami kepahlawanan para tokoh-tokoh tersebut akan lebih bermakna bila di fungsikan sebagai literasi perjalanan berbangsa dan bernegara. Para tokoh-tokoh bangsa seperti Bung Karno, Bung Hatta maupun tokoh-tokoh lainnya adalah kaum terdidik yang mempunyai kecakapan literasi. Wawasan para tokoh tersebut sangat luar biasa sehingga mereka membuat pergerakan Indonesia modern dalam sebuah organisasi pergerakan,

Tema hari pahlawan “Pahlawanku Teladanku”, sangat sinkron dengan  gerakan literasi yang saat ini gencar-gencarnya menyasar seluruh lapisan masyarakat terutama para generasi milennial maupun Z sebagai upaya memanfaatkan perkembangan informasi yang disajikan oleh dunia digital. Peranan penting berliterasi saat ini adalah sebagai upaya untuk mengikis dominasi informasi hoax yang sangat menyesatkan serta budaya instant yang telah menjangkit para generasi penerus bangsa. Generasi bangsa ini harus mengerti bagaimana perjuangan para pahlawan membebaskan negeri ini dari keterpurukan dan kebodohan. Era dulu begitu sulitnya rakyat mengikuti sekolah formal, kebanyakan adalah para priyayi pribumi yang mampu bersekolah itupun dengan jenjang yang terbatas.

Teringat bagaimana perjuangan RA Kartini mencerdaskan kaum perempuan, teringat bagaimana ki Hajar Dewantara mendirikan Taman Siswa, Teringat bagaimana KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah, Teringat bagaimana Kyai-Kyai terdahulu juga membentengi Akhlak bangsa melalui pondok pesantrennya. Itulah deretan perjalanan para tokoh yang tanpa pamrih ikut berkiprah mencerdaskan kehidupan berbagsa dan bernegara. Kisah kepahlawanan mereka akan lebih bermakna jika dilihat dari sisi literasi dokumentasi sehingga jasa-jasa mereka akan menginspirasi seluruh generasi negeri ini untuk bekerja lebih giat memajukan negeri ini.

Budaya kerja-kerja instan yang dibungkus dalam nuansa pencitraan sangat bertolak belakang dengan jiwa kepahlawanan. Umumnya pencitraan dilakukan dengan memanfaatkan peran  media, karena peran media saat ini begitu strategis. Seperti Media sosial, begitu mudah masuk tanpa kenal waktu, tanpa kenal lelah melalui hp masing-masing. Sudah saatnya media juga tergerak menyebarluaskan profil kepahlawanan sebagai bagian gerakan literasi. Mengenang Pahlawan itu penting karena pahlawan sejatinya adalah orang yang berani bukan karena nekat tapi berani karena memiliki panggilan jiwa yang bersumber dari pengetahuan dan kata hati nurani.

Deklarasi Juanda adalah contoh perjuangan kepahlawanan yang bersumber dari pengetahuan dan kata hati nurani.Pengetahuan pentingnya penguasaan bahari serta kata hati nurani tentang NKRI. Melalui perjuangan penegasan kedaulatan maritim NKRI berdasarkan Zona Ekonomi Ekslusif di Majelis Perserikatan Bangsa Bangsa. Semangat mencintai tanah air tidak akan terwujud apabila para pahlawan tidak mengerti arti penting kekayaan bumi Indonesia. inilah bukti para tokoh bangsa terdahulu mengusai literasi  kekayaan alam bumi nusantara. Berdirinya negeri ini dengan kelengkapannya seperti bendera Merah Putih, juga lagu kebangsaan serta UUD 45 dengan falsafah Pancasila yang dihasilkan melalui rapat PPKI merupaka bukti  kejeniusan berliterasi para tokoh bangsa dalam merumuskan pondasi negeri ini.

Selain mengenang para tokoh negeri ini, dalam konteks berliterasi juga penting bagi siapapun yang ikut berkiprah sebagai pelopor dan pendobrak kevakuman berliterasi akibat budaya instan adalah sebuah sosok pahlawan terkini. Dunia saat ini mengalami perubahan yang begitu drastis, kecanggihan teknologi sebagai bukti nyata mampu mengeksploitasi kecerdasaan buatan melalui tekonologi robot. Tujuannya adalah efisiensi untuk kebangkitan dan kemajuan ekonomi. Tantangan perubahan iklim yang ekstrem juga tantangan kesehatan dunia serta potensi kerawanan pangan akibat lahan dan juga cuaca membuat dunia butuh pemecahan. Bagaiman memecahkan problem yang pelik tersebut yaitu adalah dengan cara berliterasi. Berawal dari kesadaran pada diri ini sudah merupakan literasi. karena kesadaran tidak diperoleh secara tiba-tiba tapi butuh proses. Oleh sebab itu tantangan dunia yang begitu berat harus disertai dengan berbagai pengetahuan yang mumpuni.

Laporan Bank Dunia, indeks SDM Indonesia mengalami peningkatan mulai 0,53 (2018) menjadi 0,54 (2020). Namun peningkatan kualitas SDM kita masih belum menjadi yang terbaik, setidaknya di kawasan ASEAN. Di kawasan ini, Indonesia masih tertinggal dari Singapura (0,88), Vietnam (0,69), Malaysia (0,61), Brunei Darussalam (0,63), dan Thailand (0,61). Dari 174 negara yang disurvei Bank Dunia, Indonesia beringkat 87.
Sebagai solusinya yaitu adanya penggerak literasi di setiap komponen masyarakat. Perpustakaan sebagai ujung tombak berliterasi saat ini tersedia di tingkat pusat sampai pedesaan juga perpustakaan di sekolah problematika bagaimana sumber daya perpustakaan mampu berkiprah di tengah kultur generasi yang apatis tentang pustaka. Diperlukan berbagi  pendekatan untuk mengubah karakter menjadi karakter literasi. Sebenarnya sosok pahlawan literasi bisa disematkan pada siapapun yang tergerak untuk membangun dunia literasi tidak hanya pustakawan bisa juga berbagai komponen masyarakat lainnya. Yang terpenting adalah niat untuk berbagi pengetahuan, apapun pengetahuan itu akan bernilai bila mampu membuka cakrawala pengetahuan seseorang.

Di manapun saat ini banyak di jumpai patung para pahlawan, patung itu bukan hanya dikenali dan dikenang saja. Dengan memanfaatkan teknologi digital juga penting diberikan barcode supaya siapapun punya akses informasi terhadap sosok yang menjadi patung tersebut. Saat ini dunia butuh kecakapan literasi untuk memahami berbagai situasi yang serba kompleks. Situasi yang serba kompleks terjadi karena dunia makin menyatu akibat teknologi makin canggih itulah pentingnya literasi untuk memahami setiap persoalan tidak secara praktis atau instant saja. Sosok pahlawan literasi yang dikenal selama ini adalah orang-orang yang bekerja keras membangkitkan minat baca dan memberantas buta aksara. Termasuk orang yang swakelola perpustakaan keliling di daerah terpencil juga dikatakan pahlawan literasi.

Pemanfaatan platform aplikasi seperti facebook, intragram, whatshap dan juga Youtobe selama ini di gunakan oleh para generasi milenial dan generasi Z bisa dijadikan sarana untuk menarik minat generasi tersebut terhadap dunia literasi. Dunia literasi mendapatkan momentumnya saat wabah pandemi, di mana isolasi dan jaga jara jarak (sosial distance) sebagai solusi penangkal penyebaran virus. Kegiatan berliterasi sangat semarak, sehingga literasi makin dikenal gara-gara wabah pandemi. Walaupun pandemi sudah hampir selesai diharapkan giat literasi terus digalakkan.  Berbagai buku yang diterbitakan saat pandemi demikian banyak sehingga momentum perlu dibangkitkan lagi saat situasi kembali normal. Maka dari itu dibutuhkan penggerak untuk menggerakannya. Gagasan IRO Society yang didirikan Prof Imam Robandi merupakan gagasan gerakan literasi virtual yang layak dijadikan contoh. IRO Society yang santrinya terdiri dari Sabang sampai Mereuke. Tiap seminggu sekali para santri diadakan pertemuan dan juga pembiasaan berliterasi. Aturan baku di dalam grup whatshaps mengharuskan anggotanya menulis walaupun sepatah dua patah kata. Cara dan metode seperti itu sangat efektif untuk membangun dunia literasi.

Alangkah baiknya penghargaan diberikan pada para penggerak literasi, barangkali para penggiat literasi bukan siapa-siapa namun ikhtiar para penggiat literasi akan memberikan dampak terhadap peningkatan indeks SDM. Peran dan partisipasi gerakan sosial di masyarakat adalah ruang gerak bagi tumbuh berkembangnya dunia literasi. Mulai dari organisai tingkat bawah seperti arisan ibu-ibu merupakan ruang untuk berliterasi. Begitu besarnya lahan-lahan berliterasi sehingga bisa dikatakan siapapun yang memberikan konstributi positif yaitu dengan cara membuka wawasan adalah sosok penggiat literasi. Sarana berliterasi yang kian berkembang saat ini tidak hanya sebatas buku cetak saja namun bisa dikembangkan dalam bentuk digital.

Peran perpustakaan tetap sebagai kunci dalam kesuksesan untuk menggerakan literasi di level manapun, karena sarana dan prasaran perpustakaan memang disediakan sebagai sumber literasi. Sehingga dibutuhkan peran kolaborasi antara perpustakaan dengan pihak luar. Sejarah kejayaan peradaban tempo dulu juga menjadikan perpustakaan sebagai pusat literasi untuk melahirkan para Ilmuwan. Berawal dari ide-ide yang tertuang dalam sebuah narasi, adalah langkah awal  untuk bergerak lebih maju. Sosok pahlawan literasi sesungguhnya adalah mereka yang selalu aktif menggali ide-ide positif serta selalu mengenal literasi pustaka sama halnya para tokoh pendahulu pahlawan bangsa begitu aktif dengan ide-ide positif pergerakan menuju kemerdekaan Indonesia. Selamat Hari Pahlawan 10 November 2022. (Syahirul Alem, Pustakawan SMP Muhammadiyah 1 Kudus)

1 komentar untuk “Literasi Pahlawan dan Pahlawan Literasi”

  1. MaasyaaAllah, goresan pena luar bias. Mudah dipahami, enak dibaca.. ingin rasanya bisa menulis berbobot seperti itu.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Translate »