Menyelamatkan lingkungan santri dari aksi rente keuangan seperti pinjaman online yang berbunga tinggi penting dilakukan dengan memberi bekal literasi financial sejak dini. Terutama literasi tentang berbagai sumber keuangan yang disediakan oleh lembaga pinjaman baik bank maupun non-bank, serta pengenalan sumber keuangan secara lebih mendalam tentang bank syariah, pegadaian syariah serta koperasi syariah. Berbicara tentang Santri selalu identik dengan dunia pesantren, namun apa salahnya bila pelajar yang digembleng baik ilmu dan praktek keagamaannya di sekolah umum ataupun madrasah regular juga dinamakan santri barangkali tepatnya santri pelajar. Daya Tarik pembelajaran keagamaan membuat sekolah umum ikut berinovasi menyelenggarakan pendidikan keagamaan secara intens. Seperti SMP Muhammadiyah 1 Kudus juga menawarkan model pembelajaran keagamaan secara intens. Pagi hari saat anak-anak masuk sekolah sudah di ajak untuk sholat dhuha berjamaah, setelah itu anak-anak juga melaksanakan kegiatan baca tulis Al-Qur’an (BTA) dan juga berbagai kegiatan keagamaan diluar materi KeIslaman & Ke Muhammadiyahan.

Dalam rangka memperingati Hari Santri tahun ini yang bertemakan “berdaya menjaga martabat kemanusiaan”, identitas kesantrian layak untuk disematkan pada para santri pelajar karena ketekunan mereka mengikuti kegiatan keagaamaan di sekolah. Sebagai santri pelajar akhlakul karimah harus jadi pedoman para santri, di rumah para santri harus taat pada orang tua, tekun mengaji & beribadah terutama sholat 5 waktu di masjid. Di sekolah selain hormat pada guru maupun pegawai sekolah, para santri juga harus rajin memelihara lingkungan mereka terutama kebersihan lingkungan. Kegiatan bersih-bersih lingkungan sekolah seminggu sekali adalah contoh kepedulian santri terhadap lingkungan.

Tugas tugas santri pelajar tidak hanya berhenti di situ saja tapi juga harus mengembangkan wawasannya terutama selalu melek dunia literasi agar para santri tidak gagap dengan persaingan hidup yang makin kreatif dan inovatif. Dari berbagai literasi ada satu literasi yang sangat urgent untuk kebutuhan santri dan masa depannya adalah tentang tata kelola ekonomi. Pergerakan ekonomi selalu identik dengan dunia usaha selain ketrampilan yang menjadi bekal dasar para santri juga pengetahuan tentang pembiayaannya. Apalagi sebagai santri pelajar yang tiap hari selalu mendapatkan uang saku dari orang tua, apakah selalu habis dengan uang jajannya. Makanya itu untuk mengaturnya di butuhkan kemampuan pengelolaannya supaya uang yang diberikan orang tua tiap hari tidak mubadzir habis untuk jajan saja namun disisihkan untuk kebutuhan masa depannya.

Pengenalan Inklusi Keuangan

Akhir- akhir ini pemerintah rajin mengenalkan tentang Inklusi Keuangan. Lalu apa yang dinamakan dengan Inklusi keuangan, inklusi keuangan merupakan kondisi di mana setiap anggota masyarakat mempunyai akses terhadap berbagai layanan keuangan formal yang berkualitas, tepat waktu, lancar, dan aman dengan biaya terjangkau sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masing-masing. Terkat dengan inklusi keuangan juga ditekankan mengenai literasi keuangan insklusif. Literasi Keuangan Inklusif adalah sumber pengetahuan untuk mengetahui daya guna keuangan untuk dimanfaatkan lingkungannya.

pemerintah telah menyasar para santri pondokan dengan program One Pesantren One Product (OPOP). Program ini bertujuan untuk menciptakan kemandirian umat melalui para santri, pondok pesantren, dan masyarakat sekitar. Dengan program ini Pondok Pesantren bisa makin memberikan dampak terhadap lingkungan sekitarnya. Di beberapa pondok pesantren program ini sudah berjalan, salah satu caranya uang pembayaran sekolah maupun uang jajan santri harus melalui mekanisme bank sebagai pihak intermediasinnya. Diharapkan kas yang selalu mengalir tiap bulannya bisa dimanfaatkan untuk mengucurkan pembiayaan dengan lingkungan pesantren tersebut.

Dari program ini, diharapkan  kedepannya  pemahaman inklusi dan literasi keuangan akan semakin luas serta semakin baik di masyarakat. Bagi para pelajar, dari program seperti ini, mereka akan mengenal dunia perbankan dan gemar menabung. Adapun target jangka panjang dari program ini, masyarakat tidak akan mudah terjebak ke dalam hal-hal negatif di bidang keuangan seperti penawaran pinjaman online dan rentenir. Program ini diharapkan siswa akan lebih mudah saat akan menabung, mereka tidak perlu lagi nabung di sekolah kepada wali kelas atau uangnya dimasukkan ke dalam celengan di rumah dan tidak perlu datang ke kantor Bank, karena di sekolah sudah ada tempat khusus. Nantinya pihak OJK juga akan menyasar kalangan perguruan tinggi agar program ini lebih masif lagi. Yang tak kalah penting, dari semua itu pada akhirnya berbagai program pemerintah terkait inklusi dan literasi keuangan akan dipahami masyarakat, terutama oleh kaum muda bangsa ini. Sehingga akan terlahir generasi yang cerdas dan berdaya saing tinggi

Pemerintah terus berupaya menggencarkan edukasi dan sosialisasi dalam meningkatkan literasi dan inklusi keuangan bagi seluruh lapisan masyarakat. Upaya ini dilakukan untuk mencapai target inklusi keuangan di Indonesia sebesar 90% pada tahun 2024 dan diharapkan juga diiringi dengan masyarakat yang memiliki literasi keuangan yang tinggi. Tingkat inklusi keuangan di Indonesia telah mencapai 83,6% pada tahun 2021, yang berarti lebih tinggi dari tahun 2020 sebesar 81,4%. Namun, di sisi lain, indeks literasi keuangan di Indonesia masih rendah.

Peduli Shodaqoh

Sebagai sekolah yang mengemban visi misi Islami_Prestasi SMP Muhammadiyah 1 Kudus juga telah menerapkan model keuangan inklusif di lingkungan sekolah yaitu melalui pemberdayaan program JUDIKA (Jum’at Peduli Sedekah), sebuah program yang mewajibkan peserta didik untuk menginfaqkan uang jajan siswa saat hari Jum’at. Uang yang terkumpul tiap kelas di setorkan pada bendahara kantor layanan Lazismu SMP Muhammadiyah 1 Kudus. Program ini di rencanakan mempunyai misi dan tujuan untuk memberdayakan lingkungan sekolah melalui program jangka pendek dan jangka panjang salah satunya adalah program beasiswa bagi anak-anak yang kurang mampu untuk bersekolah di SMP Muhammadiyah 1 Kudus. Program tersebut merupakan langkah terobosan bagaimana memutarkan uang jajan siswa siswi di SMP Muhammadiyah 1 Kudus secara konsisten yang bertujuan memiliki manfaat yang lebih besar pada masa yang akan datang.

Dalam rangka mendukung program inklusi keuangan, perpustakaan SMP Muhammadiyah 1 Kudus juga berupaya memperkuat literasi Keuangan Inklusif dengan menyediakan berbagai buku yang terkait dengan pemanfaatkan keuangan untuk kesejahteraan lingkungan seperti buku manfaat menabung di bank, manfaat sedekah juga tentang apa itu keuangan inklusif. Selain itu penting untuk dikenalkan dalam bentuk literasi pustaka apa dan Bagaimana program Lazismu sebagai lembaga zakat persyarikatan Muhammadiyah. Jumlah siswa yang lumayan besar suatu saat juga dibutuhkan pelayanan intermediasi pihak bank dalam pembayaran uang sekolah, wali murid tidak perlu mendatangi kantor tata usaha tapi cukup dengan mentransfer di bank. Pengembangan model transfer di sini tidak hanya uang sekolah saja tapi juga terkait dengan kebutuhan uang jajan, infaq dan juga uang lainnya yang dirasa perlu. Sebagai contoh berbagai program tata lingkungan seperti pengelolaan sampah plastik, pupuk organik yang jadi kegiatan warga sekolah ujung-ujungnya juga berdaya guna baik secara komersil maupun non komersil yang bermanfaat untuk pengembangan keuangan inklusif. Sewa kantin sekolah adalah salah satu contohnya juga dimana uang hasil kontrakan juga dimanfaatkan untuk sarana prasarana pendukung lingkungan bersih.

Berbagai modal kegiatan keuangan seperti shodaqoh rutin di SMP Muhammadiyah 1 Kudus bisa di tingkatkan untuk mendukung tingkat partisipasi inklusi keuangan di Indonesia, Santripreuneur yang merupakan role model pengembangan literasi dan inklusi keuangan pesantren juga bisa dikembangkan dalam konteks sekolah semi pesantren seperti SMP muhammadiyah 1 Kudus karena dilihat dari sisi potensi begitu banyak peluang yang bisa dikembangkan di Sekolah tersebut. Agar pemahaman literasi keuangan inklusi bisa dipahami oleh lingkungan sekolah mungkin tepat kiranya suatu saat mengundang pihak-pihak yang kompeten di bidangnya seperti perwakilan OJK untuk memberikan pemahaman tentang inklusi keuangan di sekolah muhammadiyah terutama SMP Muhammadiyah 1 Kudus.

Sekolah melalui perpustakaan sekolah bisa juga bekerjasama dengan berbagai bank syariah seperti bank Muamalat ataupun bank syariah untuk mendukung gerakan literasi dan inklusi keuangan melalui perpustakaan keliling maupun daya dukung kelengkapan pada perpustakaan sekolah tersebut. Termasuk memberikan training pada pustakawan sekolah untuk memahamkan program-program literasi keuangan pada para siswa, guru maupun pegawai sehingga target inklusi keuangan Indonesia dapat tercapai secara signifikan. Begitu pentingnya program literasi financial sejak dini untuk mendorong pertumbuhan dan pemerataan ekonomi lokal, daerah maupun nasional.  (Syahirul Alem, Pustakawan SMP Muhammadiyah 1 Kudus)

Kategori: Artikel

0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Translate »