Berduri, Tingkatkan Karakter Siswa

Gerakan Nasional Pendidikan Karakter yang secara intensif telah dimulai sejak tahun 2010 sudah melahirkan sekolah–sekolah rintisan yang mampu melaksanakan pembentukan karakter secara kontekstual sesuai dengan potensi lingkungan setempat. Menurut Tim PPK Kemendikbud (2016 : 17) Karakter merupakan ciri khas seseorang atau sekelompok orang yang mengacu pada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations) dan keterampilan (skills) sebagai manifestasi dari nilai, kemampuan, kapasitas moral dan ketegaran dalam menghadapi kesulitan dan tantangan. Karakter yang kuat dapat membentuk individu menjadi pelaku perubahan bagi diri sendiri dan masyarakat sekitarnya (Albertus, 2015). Penguatan pendidikan karakter merupakan gerakan pendidikan di sekolah untuk memperkuat karakter melalui proses pembentukan, transformasi, transmisi, dan pengembangan potensi siswa dengan cara harmonisasi olah hati (etik dan spriritual), olah rasa (estetik), olah pikir (literasi dan numerasi), dan olah raga (kinestetik) sesuai falsafah hidup Pancasila.

Nilai Utama karakter bangsa ada lima, yaitu Religius, Nasionalis, Mandiri, Gotong Royong, dan Integritas. Salah satu nilai utama karakter bangsa yang paling mendasar adalah Religius. Religius adalah suatu sikap dan perilaku yang taat/patuh dalam menjalankan ajaran agama yang dipeluknya, bersikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta selalu menjalin kerukunan hidup antarpemeluk agama lain (T.Ramli : 2003). Sikap religius mencerminkan keberimanan dan ketakwaan kepada Tuhan yang Maha Esa. Di sini, siswa ditekankan agar menjadi pemeluk agama yang taat tanpa harus merendahkan pemeluk agama lain.

Untuk meningkatkan nilai karakter religius, siswa siswi SMP Muhammadiyah 1 Kudus dibiasakan dengan kegiatan “Berduri” yang artinya Berdoa dan Berdhuha setiap hari. Kegiatan sholat dhuha di sekolah kami sudah berjalan sejak lama namun belum maksimal pelaksanaannya. Ini dikarenakan anak masih menjalankan sholat secara munfarid, artinya shalat yang dilaksanakan secara sendiri – sendiri.

Sejak tahun pelajaran 2019/2020 di bawah kepemimpinan Bapak Ali Zamroni, S.Pd, M.Pd, kegiatan sholat dhuha dimasukkan dalam jadwal pelajaran pada jam ke nol yaitu pukul 07.00 – 07.15 WIB. Anak – anak diimbau untuk sudah berwudhu dari rumah. Sesampai di sekolah, anak perempuan masuk ke masjid dan anak laki-laki masuk ke aula. Sebelum sholat dhuha dimulai, ada salah satu siswa yang membaca Al Qur’an. Anak-anak yang sudah berwudhu mendengarkan lantunan ayat Al Qur’an yang dibacakan temannya dengan khidmat. Begitu bel berbunyi, menandakan pukul tujuh pagi. Ini berarti kegiatan sholat dhuha dimulai. Seluruh siswa diajak sholat dhuha berjamaah, berdzikir, dan berdoa kepada Allah SWT.

Berduri (berdoa dan berdhuha setiap hari) kami lakukan setiap pagi sebelum jam pelajaran dimulai. Kami mengajarkan kepada para siswa agar selalu ingat kepada Allah SWT, Sang Pencipta alam semesta. Kewajiban seorang siswa adalah belajar, namun belajar saja tidak cukup tanpa disertai dengan doa. Maka dari itu, ditanamkan pada semua siswa bahwa apa saja yang dikerjakan selalu disertai dengan doa. Dengan pembiasaan kegiatan tersebut, diharapkan karakter religius siswa semakin meningkat dan bisa memperbaiki akhlak para siswa. Dengan meningkatnya karakter religius siswa, diharapkan bisa meningkatkan karakter siswa yang lain seperti nasionalis, mandiri, gotong royong dan integritas. Kegiatan tersebut juga salah satu cara untuk meningkatkan keimanan para siswa. Jadi, dapat disimpulkan bahwa dengan kegiatan Berduri karakter dan keimanan siswa dapat meningkat.

 

Ismawarti, S.Pd
Guru Matematika SMP Muhammadiyah 1 Kudus

Translate »