Bunga Sepatu

Sepatu

Beberapa pekan ini, saya seperti sedang dilanda “Arseto“. Anda mengerti apa itu “Arseto“. Untuk yang belum mengerti, tidak usah risau, kalau bahasa sekarang yang tren, jangan galau, karena itu tidak akan muncul di soal pada waktu ulangan. Memang yang membaca ini masih bersekolah semua? Saya mendengar ada yang berbisik, “sekolah tidak pernah masuk ko ada ulangan?”. Kalau berbisik, jangan keras-keras, nanti orang lain mendegar!

Arseto adalah salah satu klub sepak bola peserta kompetisi galatama, yang bermaskas di Kota Solo. Salah satu pemainnya yang sangat terkenal adalah Riky Yakobi, dia juga tergabung dalam tim pemain PSSI, dan pernah juga bermain di Liga Jepang. Yang tidak mengenal klub Arseto, berarti usianya masih sangat muda.

Salah satu hasil dari “Arseto” ini adalah foto yang menyertai tulisan ini, yaitu foto bunga sepatu, yang saya dapatkan dari pohon yang ditanam di pinggir makam sebelah rumah saya.

Bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinensis), adalah termasuk tanaman semak suku Malvaceae. Saya menahu ini juga karena membaca, membaca dari berbagai sumber yang ada. Bisa dari buku, majalah, dan yang paling mudah, membaca dari tulisan yang ada di internet. Itulah kekuatan membaca, sehingga kita dapat semakin bertambah wawasan. Bukan karena ingin dianggap pinter, tetapi memang seharusnya kita selalu membaca, supaya tidak cepat pikun. Coba amati, orang-orang yang sudah pikun, sebagian besar sudah tidak mau membaca.

Bunga sepatu, jika di Sumatra dan Malaysia disebut bunga raya. Orang Jawa menyebutnya kembang Worawari, sebagian lagi menyebut “Riribang“. Kalau sebutan yang terakhir ini, mungkin khusus di daerah saya Kabupaten Kudus. Di daerah yang lain, mungkin penyebutannya berbeda lagi.

Tetapi saya itu juga penasaran, kalau anak-anak sekarang mengatakan kepo. Anda mengerti kepo? Tetapi rasa penasarannya tidak sampai pada tingkat dewa, seperti rasa penasaran saya kepada orang yang ingin menghibahkan uangnya 2 T. Begitu kayanya dia, sehingga dengan rela hati ingin menghibahkan uang yang sangat banyak. 2 T kalau dibelikan bunga sepatu dapat berapa ya?

Kepo adalah singkatan dari bahasa Inggris, yakni “Knowing Every Particular Object, yang artinya ingin mengetahui segala sesuatu”. Jangan terburu-buru beranggapan saya ini pinter, saya mengetahui ini juga dari membaca, sekali lagi membaca. Makanya, kita jangan malas untuk membaca. Penasaran saya itu, kenapa disebut bunga sepatu, padahal tidak ada sedikitpun dari bentuk bunga itu yang menyerupai sepatu?

Ternyata dari hasil berburu sumber bacaan yang ada, hanya ada satu alasan bunga itu disebut bunga sepatu. Yaitu karena dahulu bunga ini digunakan sebagai bahan semir sepatu di India. Hanya satu itu saja yang menjadi alasannya. Mungkin Anda menemukan yang lain, kalau menemukan, tolong diinformasikan kepada saya.

Tetapi saya belum pernah menggunakan bunga ini untuk menyemir sepatu. Yang pernah saya manfaatkan adalah daun dari tanaman bunga ini. Yaitu saya manfaatkan untuk shampoo rambut. Caranya juga mudah, cukup mengambil beberapa daunnya, lalu ditumbuk sampai halus bersama sedikit air. Jika sudah halus, dapat langsung dipakai untuk keramas. Tetapi jika ingin lebih lembut, maka daun yang sudah ditumbuk tadi diperas, sehingga kita akan mendapatkan sari daun bunga sepatu yang sudah tidak bercampur dengan daun. Bentuknya, kalau orang Jawa mengatakan “kithêr-kithêr“. Itu dapat menghilangkan ketombe, dan menjadikan rambut hitam mengkilat. Shampoo produksi pabrik, lewat.

Di akhir tulisan yang tidak bermakna ini, saya juga ingin menyampaikan kepanjangan “Arseto” supaya Anda tidak kepo dan dapat menjawab soal ulangan. Arseto adalah “Arek Seneng Foto“.

Dan yang paling akhir, ini betul-betul yang paling akhir dari tulisan ini. Anda mengerti tidak kalau kata “Sepatu” itu berasal dari bahasa Portugis atau Portugal “Sapato“, itu lho negaranya Cristiano Ronaldo, saingannya Lionel Messi. Atau mungkin malah sebaliknya, orang Portugis mengambil nama Sapato dari Sepatu. Nenek moyang kita kan pelaut, yang suka berlayar mengelilingi lautan dan samudra. Mungkin ada yang pernah “tersesat” di negara Portugis.

Ali Zamroni, S.Pd., M.Pd.
Kepala SMP Muhammadiyah 1 Kudus.

Translate »